(Sumber gambar : google)
Bukan lautan tapi
kolam susu
Kail dan jala cukup
menghidupimu
Tiada badai, tiada
topan kau temui
Ikan dan udang
menghampiri dirimu
Orang bilang tanah
kita tanah surga
Tongkat kayu dan
batu jadi tanaman
Lirik lagu diatas cukup mempresentasikan
betapa indah dan kayanya negeri kita Indonesia. Mulai dari lautnya yang luas, jutaan
pulau, Triliunan cadangan ikan yang beragam, hutan dengan sejuta jenis pohon
didalamnya. Cadangan minyak, gas, emas, batubara, hingga perkebunan sawit, karet, persawahan, kebun teh, buah-buahan, semua ada
di Indonesia. Sandang, pangan, papan, kebutuhan pokok hingga kebutuhan tambahan
semua bisa terpenuhi di Negeri ini. Bukan hanya isapan jempol belaka jika
negeri ini disebut sebagai tanah surga. Selain sumber daya alamnya, Indonesia
juga memiliki sumber daya manusia yang cukup besar, negara dengan jumlah
populasi manusia terbesar ketiga di dunia. Dari segi sastra juga tidak kalah,
ada lebih dari 700 jenis bahasa dengan berbagai macam suku. Yang mana semua ini
di ikat dalam satu tali persaudaraan yang disebut dengan “Binneka Tunggal Ika”
Berbeda-beda namun satu jiwa.
Selain itu, Indonesia juga
merupakan negara dengan mayoritas umat Islam didalamnya, bahkan populasi muslim
terbesar berada di Indonesia. Berbagai macam mesjid mulai dari yang kecil
sederhana hingga yang besar tinggi menjulang mengisi setiap sudut kota.
Madrasah, pondok pesantren, hingga universitas Islam juga tersebar diberbagai
kota di Indonesia. Uniknya juga ada suatu daerah yang diberi keistimewaan
dimana warganya diwajibkan untuk mentaati syariat Islam. Maka tak bisa
dipungkiri bahwa ajaran dan budaya Islam begitu kental menghiasi tanah air
tercinta. Tak ayal ada yang menyebut bahwa Indonesia merupakan negara Islam,
dari segi jumlah penduduk. Juga pernah diabadikan dalam piagam jakarta sila
pertama yakni : Ketuhanan yang maha esa, dengan kewajiban menjalankan syariat
Islam bagi pemeluknya.
Namun ternyata segala macam
kekayaan yang telah disebutkan diatas hanya dirasakan oleh sebagian kecil dari
kita. Indonesia memiliki banyak jenis makanan, namun banyak yang tak bisa
memakan makanan yang layak. Orang Papua hidup dan tidur diatas emas, tapi
sedikit saja dari mereka yang bisa
menikmati hasilnya, bahkan saking sedikitnya tak ayal ada yang menyebutnya tak
menikmati sepeserpun. Cadangan minyak, batu bara, dan gas yang melimpah ruah
namun begitu mahal untuk didapatkan. Jutaan hektar kebun dan persawahan, namun
tak sedikit rakyat yang kesusahan memperolehnya. Jutaan kilometer sungai
tersebar, namun tak sedikit juga yang kesusahan untuk mendapatkan air bersih
sekedar untuk minum atau mandi. Padahal dalam sila kelima menyatakan bahwa Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Maka sudah seharunya rakyat berhak mendapatkan hasil alam dari
negerinya sendiri. Apa yang ada di bumi Indonesia ini yang sudah semestinya
pertamakali menikmatinya adalah mereka yang lahir, hidup dan mengabdi di bumi
Indonesia. Lalu 700 ratus bahasa dan berbagai macam suku tersebar dan terikat
dalam kalimat “Binneka tunggal ika” namun tak sedikit dari mereka yang
berseteru hanya karena masalah kesukuan.
Milyaran umat Islam tersebar,
dengan jutaan masjid yang bahkan berjalan kaki saja dengan mudah kita temui
tapi hanya segelintir yang mampu menggerakan kakinya ke masjid untuk menjalankan
sholat subuh berjamaah. Bahkan tak jarang sholat subuh kurang dari 3 shaf
depan. Padahal tatkala sholat Jumat atau dua hari raya besar umat Islam, banyak
masjid bahkan hampir tidak muat menampung jamaah yang membeludak. Bukti bahwa
begitu banyaknya umat Islam di negeri ini. Padahal jika kita pikirkan sudah
seharusnya umat Islam yang banyak ini, memberikan pengaruh yang besar dalam
menuntaskan permasalahan dinegeri ini. Sebagaimana firman Allah bahwa Islam
diturunkan sebagai rahmat bagi alam semesta. Dan sudah semestinya tugasnya
sebagai khalifah dimuka bumi, untuk mensejahterakan umat manusia. Bukan malah
berbuat kerusakan, serakah dan ingin menang sendiri.
Dan(ingatlah)
ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat, “Aku hendak menjadikan dibumi ini khalifah”.
Mereka berkata, “Apakah engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan
menumpahkan darah disana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu?”. Dia berfirman,
“Sesungguhnya, aku mengetahui apa yang kamu tidak ketahui”. (Al-Baqarah : 30)
Islam sebagai agama yang sempurna
sudah tidak asing lagi bagi kita hal ini di dasari oleh firman Allah.
.....Pada hari ini
telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Aku cukupkan kepadamu
nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agama bagimu...(QS : Al-Maidah ayat 3)
Kemudian
Islam juga agama yang membawa rahmat bagi seluruh Alam.
Dan kami telah
mengutus engkau (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam (QS Al-Anbiyaa : 107)
Selain
itu Al-Qur’an juga menegaskan bahwa kaum muslim adalah sebaik-baiknya ummat.
Kamu adalah umat
yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyeru kepada yang ma’ruf, dan
mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah (QS Ali Imran :103)
Namun apa yang dilihat didepan
mata justru berkebalikan dengan konsep yang diajarkan dijarkan. umat muslim
menjadi kaum pesakitan yang terpuruk di tengah-tengah konstelasi dunia. Di
negeri kita saja, umat muslim menjadi mayoritas yang terminorkan dalam berbagai
aspek, baik secara ekonomi, politik, hukum, budaya, maupun pendidikan dan
kesehatan. Data-data ini bahkan menunjukan keterpurukanya. 100 juta atau kurang
lebih 50% penduduk Indonesia hidup di bawah garis kemiskinan (standar
kemiskinan 2USD per hari) berdasarkan (MI,2006). Pada tahun 2007 KPAI
menyatakan sekitar 11,7 juta anak putus sekolah. Tahun 2008 siswa SMP 97%
diantaranya mengaku pernah menonton film porno 93,7 % Remaja smp mengaku pernah
Happy Petting, 62,7% mengaku tidak perawan. Sekitar 2,6 juta balita di aborsi
setiap tahun nya. Harian Republika mengeluarkan publikasi bahwa sekitar 1,3
juta penduduk di jakarta telah terjangkid AIDS pada tahun 1999. Lembaga
demografi UI menyatakan bahwa 58,36 juta dari 111,47 juta(52,3%) pekerja di
indonesia hanya berpendidikan setingkat SD, 19,91% setingkat SMP, 20,7%
setingkat SMA dan hanya 5,05% Perguruan tinggi.
Lalu dimana peran umat Islam
Indonesia yang membeludak banyaknya itu? Atau justru mayoritas muslim yang
berada di bawah keterpurukan itu? Bukankah umat muslim merupakan umat terbaik?
Namun kenapa justru yang terpuruk merupakan umat muslim itu sendiri? Padahal
dulunya Islam pada masa-masa awal menunjukan taring dan masa keemasanya. Jika
dipikir dengan nalarpun sekarang kita tak akan pernah terbayangkan, bahkan
dunia pun takjub akan masa kejayaan itu. Tak lama setelah Islam disempurnakan,
para khulafaurasyidin bisa sampai membebaskan imperium persia dan romawi,
kemudia menyatukan keduanya. Padahal umur Islam yang disempurnakan syariaatnya
itu bisa dibilang masih seumur jagung. Kemudian umat Islam memimpin dunia
hingga masa Turki Utsmani tercatat luas wilayahnya sebesar 20 juta kilometer.
Menyumbangkan peradaban yang maju dibidang imu pengetahuan, teknologi, dan tak
lupa di bidang agama yang menjadi dasar pemikirannya.
Salah satu jawaban untuk pertanyaan
diatas tentunya adalah bukan ada yang salah dengan syariatnya. Tapi yang salah
adalah manusianya, kebanyakan sudah lupa atau bahkan terpengaruh oleh
gemerlapnya dunia. Terutama di jaman ini yang dimana perekonomian dikuasai oleh
kaum kapitalis. Sehingga yang merasakan kenikmatan hanya mereka-mereka saja.
Selain itu umat Islam sebagian juga merasa pasrah pada keadaan. Sangat
disayangkan jika beberapa mengatakan begini “Sudahlah tak usah risau jika harga
serba naik, rezeki ditangan tuhan” atau “Ini sudah takdir tuhan” menunjukan
kalimat yang sangat pasrah, seakan tidak ada lagi usaha yang dapat menolong
kita. Ada juga yang terdengar seperti ini, “Kami sudah terbiasa hidup susah,
kalau hari ini gak bisa beli beras sekilo beli setengah kilo saja” dan sayangnya
yang mengeluarkan kata seperti ini bukan dari mereka yang merasakan kepedihan
hidup. Padahal jika anda menelusuk kedalam, justru mereka yang kesusahan dalam
keadaan menangis. Beberapa diantaranya menangis tanpa air mata, karena sudah
lelah menangis.
Sabar itu dalam musibah, bukan dalam
kedzoliman, Karena dalilnya jelas. Tolaklah
kemungkaran dengan tanganmu, jika tak bisa maka dengan lisanmu, jika tak bisa
juga maka tolaklah itu dengan hatimu, maka itu adalah serendah-rendahnya iman. Kira-kira
begitu terjemahan haditsnya. Ketika pemerintah zolim maka ingatkan mereka,
mereka bukan Rasul yang apabila salah langsung ditegur Allah SWT sehingga kita
bisa Sami’na Wa Ata’na. Mereka
manusia biasa yang bisa salah, sebagaimana imam dalam sholat ketika dia salah
maka makmum yang berada dibelakang mengingatkan. Memang begitulah semestinya
peran rakyat dalam pemerintahan. Terutama apabila dirinya seorang muslim,
karena seorang muslim punya tanggung jawab kepada hal yang ada disekitanya.
“Bukan mukmin, orang yang kenyang
perutnya sedang tetangga sebelahnya kelaparan” (HR. Al Baihaqi dalam Sunan Al
Kubra 18108, dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah 149)
Tak usah jauh menelisik ideologi
sosialis Karl Max. Rasulullah lewat ajaran Islam jauh lebih baik dan lebih
sempurna soal kemanusiaan. Dalam setiap ibadah dalam agama Islam punya pengaruh
kedalam kehidupan sosial Sesunggunya
sholat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. melalui puasa kita
diajarkan untuk memberi makan orang yang berbuka puasa yang artinya diajarkan untuk
berbagi. Kemudian zakat, diberikan orang-orang yang membutuhkan. Lalu haji,
Ciri-ciri orang yang hajinya diterima adalah bertambah kuat ibadahnya, artinya
sholatnya, puasanya, zakatnya, sedekahnya. Bahkan dengan tegas Rasul mengatakan
bahwa jika seseorang sholat namun lisanya menyakiti orang lain, maka tiada
kebaikan padanya.
“Wahai Rasulullah, si Fulanah
sering shalat malam dan puasa. Namun lisannya pernah menyakiti tetangganya.
Rasulullah bersabda: ‘Tidak ada kebaikan padanya, ia di neraka’” (HR. Al Hakim dalam Al Mustadrak
7385, dinilai shahih oleh Al Albani dalam Shahih Adabil Mufrad 88)
Maka dari itu tolong menolonglah,
jangan pisahkan kehidupan Ibadah hanya sebatas ritualis menggugurkan kewajiban
belaka. Jangan pasrah dalam kedzoliman, bertindaklah. Coba baayangkan jika umat
Islam yang banyak ini menjalankan semua ajaran dengan kaffah maka Insya’allah
permasalahan kemiskinan dan yang lainya bisa diatasi. Perokok andai dia
berhenti merokok, kemudian uang yang biasa dia pakai untuk membeli rokok ia belikan
beras senilai 1kg niscaya manfaatnya lebih banyak ketimbang merokok yang merusak dirinya sendiri. “Barang siapa yang meninggalkan sesuatu
karena Allah, maka akan Allah gantikan sesuatu yang lebih baik padanya”
“...barangsiapa
menolong kebutuhan saudaranya maka Allah akan memenuhi kebutuhannya,
Barangsiapa yang meringankan dari seorang mukmin satu kesulitan dan
kesulitan-kesulitan dunia, maka Allah akan ringankan untuknya satu kesulitan
dari kesulitan-kesulitan Hari Kiamat.”
(Muttafaq ‘alaihi)
Indonesia ini kaya, hanya tinggal
pengelola dan rakyatnya saja yang perlu dibenahi cara memimpin dan cara
berfikirnya. Dan umat Islam sudah seharusnya berada di garda terdepan dalam
memajukan sebuah negara dan membela keadilan. Ingat! Indonesia ini dimerdekakan
dengan kalimat takbir yang tak bisa terhitung berapa jumlahnya, para prajurit
serta ulamalah yang berperan besar dalam jihad melawan penjajah.
Tak usah jauh-jauh meniru
ideologi kiri, karena sesunggunya ajaran Islam sudah jauh lengkap membahas
permasalahan sosial. Dengan ajaran yang lurus, tak perlu berbelok-belok. Contoh
ketika sebelum menjadi Rasul, Nabi Muhammad SAW seorang saudagar kaya lagi
jujur. Ketika diperintahkan menjadi Rasul yang pertama beliau lakukan adalah
menyebarkan kalimat tauhid. Kemudian beliau sedekahkan seluruh hartanya untuk
memerdekakan para budak, di Ikuti oleh Umar bin Khattab yang menyerahkan
setengah hartanya. Juga Abu Bakar As Siddiq yang mewaqafkan seluruh hartanya
membantu Rasulullah. Maka itulah yang seharusnya menjadi konsen masyarakat
Islam saat ini, juga pemerintah yang memimpin. Bahwa kesejahteraan itu hal yang
utama diatas kekuasaan, pemerintah harus rela ditegur, karena mereka tidak
mutlak sempurna. Tapi herannya baru-baru ini malah muncul di Social Media
pernyataan dari salah satu akun milik mereka yang berwenang menyatakan bahwa
“Suka menulis? Awas! Tulisan opini berujung jeruji, berfikir sebelum menulis”
seakan menandakan bahwa mereka tak mau ditegur, angkuh, merasa paling benar.
Padahal menulis itu merupakan suatu ciri-ciri kemajuan suatu negara, lihat saja
negara yang memiliki perpustakaan yang banyak, luas lagi lengkap kebanyakan
adalah negara maju. Sungguh terlalu jika di Indonesia menuliskan opininya saja
bisa berujung jeruji. “Naudzubillahi min dzalik”
Semoga dengan tulisan ini, bisa
memberi sedikit ilmu kepada penulis dan pembaca sekalian. Kita selalu berdoa
dan berusaha agar umat Islam bangkit dari keterpurukan. Musuh kita adalah
kedzoliman dan ketidak adilan. Hanya satu kata untuk kedzoliman yakni: Lawan!
Jika kita bersatu dalam kebaikan
niscaya pertolongan Allah akan memenangkan kita
Sesungguhnya kami telah memberikan kepadamu
kemenangan yang nyata [Q.S. Al Fath: 1]
0 komentar:
Posting Komentar