Senin, 18 April 2016

Perkara Niat (Bagian 1)

(Sumber gambar : Google)

Dari Umar radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia atau karena wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu sesuai ke mana ia hijrah.” (HR. Bukhari, Muslim, dan empat imam Ahli Hadits)

Mungkin tidak asing di telinga kita mendengar ceramah atau kultum dengan hadits berikut. Hadits di atas memang sudah umum sekali terdengar, bahkan dalam sebuah kitab arba'in karangan imam An Nawawi atau yang sering juga dikenal dengan kitab 40 hadits. Di dalam buku tersebut hadits tentang niat ini menjadi bagian pertama. Karena imam An Nawawi memahami bahwa niat merupakan dasar dari segala perbuatan.


Meski sering terdengar namun beberapa di antara kita masih belum terlalu memahami mengenai perkara niat. Untuk itu mimin akan sedikit berbagi pemahaman mimin mengenai niat. Sebenarnya hadits di atas sudah cukup jelas menjelaskan bahwa niat itu menentukan apa yang kita dapat dari sebuah amal yang kita perbuat. Tapi mari kita bahas lebih dalam dengan logika yang sederhana.

Zero plus zero can not possibly ever give you one, jadi 0+0 tak akan pernah menghasilkan angka apapun 0+1 tak akan menambah apapun, segala yang dikalikan nol tak akan menghasilkan angka selain nol. Kemudian dalam hukum newton satu  yang sering kita pelajari di sekolah intinya adalah apabila resultan gaya yang bekerja adalah nol maka benda itu diam. Artinya apabila benda itu tak di beri dorongan maka benda diam itu akan tetap diam. Bahkan tulisan ini tidak akan ada di blog saya bila saya tak mengetik dan menekan tombol publikasi.

Dari situ dapat kita simpulkan bahwa sesuatu tidak akan bisa terjadi tanpa ada dasar yang membuat itu terjadi. Bagitulah perkara niat, niat merupakan langkah awal dari segala perbuatan. Selanjutnya, percayakah anda bahwa niat itu akan menentukan proses dan hasil yang akan  terjadi? jika tidak percaya mari kita buktikan dengan studi kasus sederhana. Bila kita memerintahkan otak kita untuk menggerakan tangan mungkinkah yang bergerak malah telinga? mungkin saja bila saraf geraknya rusak, namun jika manusia normal dalam ilmu biologi bila kita memerintahkan tangan tuk bergerak maka yang bergerak pastilah tangan. Jadi, seperti itulah niat.

Masih kurang puas? mari lanjut ke studi kasus berikutnya. Jika kita mengerjakan soal matematika kita diberikan soal seperti berikut 7+7=.... namun yang kita kerjakan malah 6+7=... maka jawaban yang kita berikan pasti salah kan? yang ditanya apa? yg di jawab apa?-_- atau yang lebih sederhana kita di suruh mengerjakan soal matematika tapi yg kita kerjakan soal biologi, haha tentu saja salah total cuy. okeh sampai di situ sudah paham? mungkin ada yang masih bingung, mari lanjut ke studi kasus yang lain. Kita aplikasikan masalah niat ke dunia bahasa pemrograman sederhana. Di dalam bahasa pemrograman sederhana ada input, proses dan output. Kita misalkan niat itu sebagai input. Jika kita di minta memasukan suatu input dengan ketentuan yang sudah ada tapi input yang kita masukan salah/berbeda dari yang di minta. Sudah dipastikan proses dan output akan berbeda, bahkan bisa jadi output error.

Jadi, dapat kita simpulkan bahwa niat merupakan otak dari segala perbuatan. Jadi jika tak ingin jadi orang yang merugi, maka luruskan niat. Bila hati ikhlas melakukan sesuatu. Maka proses yg kita hadapi akan mudah kita laksanakan, dan hasil yg kita dapat akan sesuai dengan apa yg di niatkan. Sebaliknya bila niat tak baik, maka proses yg di jalani pun akan sulit, dan hasil yg di dapat tak akan menentramkan hati.

By Muhammad Arif Zulfikri

0 komentar:

Posting Komentar