Selamat Datang di Blog Saya

Di tulis oleh seorang alumni SMA Global Islamic Boarding School.

Berjuang di jalan Allah

Menegakkan kalimat la ilaha illa allah di muka bumi.

Tolong Menolong Dalam Kebaikan

Karena sebaik-baiknya manusia, adalah yang bermanfaat bagi orang lain.

Berjuanglah

Dan ketahuilah, bahwa surga terletak di bawah bayang-bayang mata pedang (HR. Bukhari).

Bersama Mencari Ilmu yang Bermanfaat

Dan sampaikanlah ilmu itu walau hanya satu ayat.

Jumat, 10 Februari 2017

NEGERIKU KAYA RAYA

(Sumber gambar : google)

Bukan lautan tapi kolam susu

Kail dan jala cukup menghidupimu

Tiada badai, tiada topan kau temui

Ikan dan udang menghampiri dirimu

Orang bilang tanah kita tanah surga

Tongkat kayu dan batu jadi tanaman

Lirik lagu diatas cukup mempresentasikan betapa indah dan kayanya negeri kita Indonesia. Mulai dari lautnya yang luas, jutaan pulau, Triliunan cadangan ikan yang beragam, hutan dengan sejuta jenis pohon didalamnya. Cadangan minyak, gas, emas, batubara, hingga perkebunan sawit, karet,  persawahan, kebun teh, buah-buahan, semua ada di Indonesia. Sandang, pangan, papan, kebutuhan pokok hingga kebutuhan tambahan semua bisa terpenuhi di Negeri ini. Bukan hanya isapan jempol belaka jika negeri ini disebut sebagai tanah surga. Selain sumber daya alamnya, Indonesia juga memiliki sumber daya manusia yang cukup besar, negara dengan jumlah populasi manusia terbesar ketiga di dunia. Dari segi sastra juga tidak kalah, ada lebih dari 700 jenis bahasa dengan berbagai macam suku. Yang mana semua ini di ikat dalam satu tali persaudaraan yang disebut dengan “Binneka Tunggal Ika” Berbeda-beda namun satu jiwa.

Selain itu, Indonesia juga merupakan negara dengan mayoritas umat Islam didalamnya, bahkan populasi muslim terbesar berada di Indonesia. Berbagai macam mesjid mulai dari yang kecil sederhana hingga yang besar tinggi menjulang mengisi setiap sudut kota. Madrasah, pondok pesantren, hingga universitas Islam juga tersebar diberbagai kota di Indonesia. Uniknya juga ada suatu daerah yang diberi keistimewaan dimana warganya diwajibkan untuk mentaati syariat Islam. Maka tak bisa dipungkiri bahwa ajaran dan budaya Islam begitu kental menghiasi tanah air tercinta. Tak ayal ada yang menyebut bahwa Indonesia merupakan negara Islam, dari segi jumlah penduduk. Juga pernah diabadikan dalam piagam jakarta sila pertama yakni : Ketuhanan yang maha esa, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya.

Namun ternyata segala macam kekayaan yang telah disebutkan diatas hanya dirasakan oleh sebagian kecil dari kita. Indonesia memiliki banyak jenis makanan, namun banyak yang tak bisa memakan makanan yang layak. Orang Papua hidup dan tidur diatas emas, tapi sedikit saja  dari mereka yang bisa menikmati hasilnya, bahkan saking sedikitnya tak ayal ada yang menyebutnya tak menikmati sepeserpun. Cadangan minyak, batu bara, dan gas yang melimpah ruah namun begitu mahal untuk didapatkan. Jutaan hektar kebun dan persawahan, namun tak sedikit rakyat yang kesusahan memperolehnya. Jutaan kilometer sungai tersebar, namun tak sedikit juga yang kesusahan untuk mendapatkan air bersih sekedar untuk minum atau mandi. Padahal dalam sila kelima menyatakan bahwa Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Maka sudah seharunya rakyat berhak mendapatkan hasil alam dari negerinya sendiri. Apa yang ada di bumi Indonesia ini yang sudah semestinya pertamakali menikmatinya adalah mereka yang lahir, hidup dan mengabdi di bumi Indonesia. Lalu 700 ratus bahasa dan berbagai macam suku tersebar dan terikat dalam kalimat “Binneka tunggal ika” namun tak sedikit dari mereka yang berseteru hanya karena masalah kesukuan.

Milyaran umat Islam tersebar, dengan jutaan masjid yang bahkan berjalan kaki saja dengan mudah kita temui tapi hanya segelintir yang mampu menggerakan kakinya ke masjid untuk menjalankan sholat subuh berjamaah. Bahkan tak jarang sholat subuh kurang dari 3 shaf depan. Padahal tatkala sholat Jumat atau dua hari raya besar umat Islam, banyak masjid bahkan hampir tidak muat menampung jamaah yang membeludak. Bukti bahwa begitu banyaknya umat Islam di negeri ini. Padahal jika kita pikirkan sudah seharusnya umat Islam yang banyak ini, memberikan pengaruh yang besar dalam menuntaskan permasalahan dinegeri ini. Sebagaimana firman Allah bahwa Islam diturunkan sebagai rahmat bagi alam semesta. Dan sudah semestinya tugasnya sebagai khalifah dimuka bumi, untuk mensejahterakan umat manusia. Bukan malah berbuat kerusakan, serakah dan ingin menang sendiri.

Dan(ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat, “Aku hendak menjadikan dibumi ini khalifah”. Mereka berkata, “Apakah engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah disana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu?”. Dia berfirman, “Sesungguhnya, aku mengetahui apa yang kamu tidak ketahui”. (Al-Baqarah : 30)

            Islam sebagai agama yang sempurna sudah tidak asing lagi bagi kita hal ini di dasari oleh firman Allah.

.....Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agama bagimu...(QS : Al-Maidah ayat 3)

Kemudian Islam juga agama yang membawa rahmat bagi seluruh Alam.

Dan kami telah mengutus engkau (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam (QS Al-Anbiyaa : 107)

Selain itu Al-Qur’an juga menegaskan bahwa kaum muslim adalah sebaik-baiknya ummat.

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyeru kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah (QS Ali Imran :103)

Namun apa yang dilihat didepan mata justru berkebalikan dengan konsep yang diajarkan dijarkan. umat muslim menjadi kaum pesakitan yang terpuruk di tengah-tengah konstelasi dunia. Di negeri kita saja, umat muslim menjadi mayoritas yang terminorkan dalam berbagai aspek, baik secara ekonomi, politik, hukum, budaya, maupun pendidikan dan kesehatan. Data-data ini bahkan menunjukan keterpurukanya. 100 juta atau kurang lebih 50% penduduk Indonesia hidup di bawah garis kemiskinan (standar kemiskinan 2USD per hari) berdasarkan (MI,2006). Pada tahun 2007 KPAI menyatakan sekitar 11,7 juta anak putus sekolah. Tahun 2008 siswa SMP 97% diantaranya mengaku pernah menonton film porno 93,7 % Remaja smp mengaku pernah Happy Petting, 62,7% mengaku tidak perawan. Sekitar 2,6 juta balita di aborsi setiap tahun nya. Harian Republika mengeluarkan publikasi bahwa sekitar 1,3 juta penduduk di jakarta telah terjangkid AIDS pada tahun 1999. Lembaga demografi UI menyatakan bahwa 58,36 juta dari 111,47 juta(52,3%) pekerja di indonesia hanya berpendidikan setingkat SD, 19,91% setingkat SMP, 20,7% setingkat SMA dan hanya 5,05% Perguruan tinggi.

Lalu dimana peran umat Islam Indonesia yang membeludak banyaknya itu? Atau justru mayoritas muslim yang berada di bawah keterpurukan itu? Bukankah umat muslim merupakan umat terbaik? Namun kenapa justru yang terpuruk merupakan umat muslim itu sendiri? Padahal dulunya Islam pada masa-masa awal menunjukan taring dan masa keemasanya. Jika dipikir dengan nalarpun sekarang kita tak akan pernah terbayangkan, bahkan dunia pun takjub akan masa kejayaan itu. Tak lama setelah Islam disempurnakan, para khulafaurasyidin bisa sampai membebaskan imperium persia dan romawi, kemudia menyatukan keduanya. Padahal umur Islam yang disempurnakan syariaatnya itu bisa dibilang masih seumur jagung. Kemudian umat Islam memimpin dunia hingga masa Turki Utsmani tercatat luas wilayahnya sebesar 20 juta kilometer. Menyumbangkan peradaban yang maju dibidang imu pengetahuan, teknologi, dan tak lupa di bidang agama yang menjadi dasar pemikirannya.

            Salah satu jawaban untuk pertanyaan diatas tentunya adalah bukan ada yang salah dengan syariatnya. Tapi yang salah adalah manusianya, kebanyakan sudah lupa atau bahkan terpengaruh oleh gemerlapnya dunia. Terutama di jaman ini yang dimana perekonomian dikuasai oleh kaum kapitalis. Sehingga yang merasakan kenikmatan hanya mereka-mereka saja. Selain itu umat Islam sebagian juga merasa pasrah pada keadaan. Sangat disayangkan jika beberapa mengatakan begini “Sudahlah tak usah risau jika harga serba naik, rezeki ditangan tuhan” atau “Ini sudah takdir tuhan” menunjukan kalimat yang sangat pasrah, seakan tidak ada lagi usaha yang dapat menolong kita. Ada juga yang terdengar seperti ini, “Kami sudah terbiasa hidup susah, kalau hari ini gak bisa beli beras sekilo beli setengah kilo saja” dan sayangnya yang mengeluarkan kata seperti ini bukan dari mereka yang merasakan kepedihan hidup. Padahal jika anda menelusuk kedalam, justru mereka yang kesusahan dalam keadaan menangis. Beberapa diantaranya menangis tanpa air mata, karena sudah lelah menangis.

            Sabar itu dalam musibah, bukan dalam kedzoliman, Karena dalilnya jelas. Tolaklah kemungkaran dengan tanganmu, jika tak bisa maka dengan lisanmu, jika tak bisa juga maka tolaklah itu dengan hatimu, maka itu adalah serendah-rendahnya iman. Kira-kira begitu terjemahan haditsnya. Ketika pemerintah zolim maka ingatkan mereka, mereka bukan Rasul yang apabila salah langsung ditegur Allah SWT sehingga kita bisa Sami’na Wa Ata’na. Mereka manusia biasa yang bisa salah, sebagaimana imam dalam sholat ketika dia salah maka makmum yang berada dibelakang mengingatkan. Memang begitulah semestinya peran rakyat dalam pemerintahan. Terutama apabila dirinya seorang muslim, karena seorang muslim punya tanggung jawab kepada hal yang ada disekitanya.

Bukan mukmin, orang yang kenyang perutnya sedang tetangga sebelahnya kelaparan” (HR. Al Baihaqi dalam Sunan Al Kubra 18108, dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah 149)

Tak usah jauh menelisik ideologi sosialis Karl Max. Rasulullah lewat ajaran Islam jauh lebih baik dan lebih sempurna soal kemanusiaan. Dalam setiap ibadah dalam agama Islam punya pengaruh kedalam kehidupan sosial Sesunggunya sholat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. melalui puasa kita diajarkan untuk memberi makan orang yang berbuka puasa yang artinya diajarkan untuk berbagi. Kemudian zakat, diberikan orang-orang yang membutuhkan. Lalu haji, Ciri-ciri orang yang hajinya diterima adalah bertambah kuat ibadahnya, artinya sholatnya, puasanya, zakatnya, sedekahnya. Bahkan dengan tegas Rasul mengatakan bahwa jika seseorang sholat namun lisanya menyakiti orang lain, maka tiada kebaikan padanya.

Wahai Rasulullah, si Fulanah sering shalat malam dan puasa. Namun lisannya pernah menyakiti tetangganya. Rasulullah bersabda: ‘Tidak ada kebaikan padanya, ia di neraka’” (HR. Al Hakim dalam Al Mustadrak 7385, dinilai shahih oleh Al Albani dalam Shahih Adabil Mufrad 88)

Maka dari itu tolong menolonglah, jangan pisahkan kehidupan Ibadah hanya sebatas ritualis menggugurkan kewajiban belaka. Jangan pasrah dalam kedzoliman, bertindaklah. Coba baayangkan jika umat Islam yang banyak ini menjalankan semua ajaran dengan kaffah maka Insya’allah permasalahan kemiskinan dan yang lainya bisa diatasi. Perokok andai dia berhenti merokok, kemudian uang yang biasa dia pakai untuk membeli rokok ia belikan beras senilai 1kg niscaya manfaatnya lebih banyak ketimbang  merokok yang merusak dirinya sendiri. “Barang siapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah, maka akan Allah gantikan sesuatu yang lebih baik padanya”

“...barangsiapa menolong kebutuhan saudaranya maka Allah akan memenuhi kebutuhannya, Barangsiapa yang meringankan dari seorang mukmin satu kesulitan dan kesulitan-kesulitan dunia, maka Allah akan ringankan untuknya satu kesulitan dari kesulitan-kesulitan Hari Kiamat.” (Muttafaq ‘alaihi)

Indonesia ini kaya, hanya tinggal pengelola dan rakyatnya saja yang perlu dibenahi cara memimpin dan cara berfikirnya. Dan umat Islam sudah seharusnya berada di garda terdepan dalam memajukan sebuah negara dan membela keadilan. Ingat! Indonesia ini dimerdekakan dengan kalimat takbir yang tak bisa terhitung berapa jumlahnya, para prajurit serta ulamalah yang berperan besar dalam jihad melawan penjajah.

Tak usah jauh-jauh meniru ideologi kiri, karena sesunggunya ajaran Islam sudah jauh lengkap membahas permasalahan sosial. Dengan ajaran yang lurus, tak perlu berbelok-belok. Contoh ketika sebelum menjadi Rasul, Nabi Muhammad SAW seorang saudagar kaya lagi jujur. Ketika diperintahkan menjadi Rasul yang pertama beliau lakukan adalah menyebarkan kalimat tauhid. Kemudian beliau sedekahkan seluruh hartanya untuk memerdekakan para budak, di Ikuti oleh Umar bin Khattab yang menyerahkan setengah hartanya. Juga Abu Bakar As Siddiq yang mewaqafkan seluruh hartanya membantu Rasulullah. Maka itulah yang seharusnya menjadi konsen masyarakat Islam saat ini, juga pemerintah yang memimpin. Bahwa kesejahteraan itu hal yang utama diatas kekuasaan, pemerintah harus rela ditegur, karena mereka tidak mutlak sempurna. Tapi herannya baru-baru ini malah muncul di Social Media pernyataan dari salah satu akun milik mereka yang berwenang menyatakan bahwa “Suka menulis? Awas! Tulisan opini berujung jeruji, berfikir sebelum menulis” seakan menandakan bahwa mereka tak mau ditegur, angkuh, merasa paling benar. Padahal menulis itu merupakan suatu ciri-ciri kemajuan suatu negara, lihat saja negara yang memiliki perpustakaan yang banyak, luas lagi lengkap kebanyakan adalah negara maju. Sungguh terlalu jika di Indonesia menuliskan opininya saja bisa berujung jeruji. “Naudzubillahi min dzalik”

Semoga dengan tulisan ini, bisa memberi sedikit ilmu kepada penulis dan pembaca sekalian. Kita selalu berdoa dan berusaha agar umat Islam bangkit dari keterpurukan. Musuh kita adalah kedzoliman dan ketidak adilan. Hanya satu kata untuk kedzoliman yakni: Lawan!

Jika kita bersatu dalam kebaikan niscaya pertolongan Allah akan memenangkan kita

Sesungguhnya kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata [Q.S. Al Fath: 1]