Selamat Datang di Blog Saya

Di tulis oleh seorang alumni SMA Global Islamic Boarding School.

Berjuang di jalan Allah

Menegakkan kalimat la ilaha illa allah di muka bumi.

Tolong Menolong Dalam Kebaikan

Karena sebaik-baiknya manusia, adalah yang bermanfaat bagi orang lain.

Berjuanglah

Dan ketahuilah, bahwa surga terletak di bawah bayang-bayang mata pedang (HR. Bukhari).

Bersama Mencari Ilmu yang Bermanfaat

Dan sampaikanlah ilmu itu walau hanya satu ayat.

Jumat, 21 Oktober 2016

Pengantar Filsafat Plato (Bagian 1)

(Sumber gambar : google.com)

... suatu kerinduan untuk kembali ke alam jiwa ...

Mendengar kata filsafat mungkin sudah tidak asing lagi di telinga kita. Namun membahas atau mempelajarinya mungkin beberapa di antara kita tidak begitu suka atau bahkan asing dengan materi tersebut. Beberapa orang malah ada yang sangat anti dengan pembahasan filsafat. Hal ini di sebabkan oleh pembahasan mengenai filsafat sering kali tidak menemukan hasil, dan sering kali muncul pertanyaan yang tidak masuk akal atau bahkan aneh menurut beberapa orang. Seperti apa hakikat ada? Kenapa cuma ada ibu jari tapi tidak ada bapak jari? Kenapa lubang hidung ada dua? Kenapa kamu cantik? Kenapa aku selalu ingat mantan?   Cukup cukup! Bahkan petanyaan yang saya ketik ini  juga membuat saya pusing haha.

Namun di postingan saya berikut ini sebagai penulis, saya ingin memuat tulisan mengenai filsafat, meskipun materi filsafat begitu membosankan bagi beberapa orang. Dan ini merupakan pertama kalinya saya memuat artikel yang bertemakan filsafat, saya berusaha sebaik mungkin agar materi ini mudah di pahami agar pembaca tidak bosan menela’ah setiap huruf yang saya ketik. #semogaberhasil

Di artikel berikut ini saya akan memaparkan materi tentang “Pengantar Filsafat Plato” akan saya coba paparkan sedikit ilmu yang saya dapat saat beberapa hari mengasingkan diri di perpustakaan kampus wkwk. Sebelum masuk ke dalam materi “Pengantar Filsafat Plato” mari kita bahas dulu apa itu filsafat.

Secara istilah Filsafat artinya adalah berfikir dan merasa sedalam-dalamnya terhadap segala sesuatu sampai kepada intinya. Sementara secara bahasa filsafat berasal dari dua kata yakni philos artinya ‘mencintai’ dan sophia yang artinya ’kebijaksanaan’ jadi dapat di simpulkan bahwa filsafat adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang kebijaksanaan dengan cara berfikir dan merasa sedalam-dalamnya terhadap segala sesuatu sampai ke inti permasalahannya. Gimana? Tertatik untuk belajar menjadi bijaksana?

Nah itulah filsafat, sekarang mari kita pemanasan terlebih dahulu sebelum mulai masuk ke dalam materi filsafatnya Plato. Kuncinya dalam memahami filsafat adalah ‘berfikir sedalam-dalamnya’ yang mengharuskan kita untuk belajar kritis untuk mencapai kebijaksanaan. Untuk itu saya akan memberikan pertanyaan pemanasan sebagai berikut, silahkan coba jawab pertanyaan berikut : coba jawab pertanyaan berikut ini dalam hati anda, sampai menemukan jawaban baru anda lanjut ke baris berikutnya.

Pertanyaan pertama : Bagaimana seorang tukang roti dapat membuat lima puluh kue yang sama?

Setiap yang membaca pasti memiliki jawaban beragam. Ada yang beranggapan bahwa kue yang di buat pasti tidak akan sama persis, ada yang terlalu gembung, gosong, rusak, dan bermacam-macam. Namun pastinya ada hal tertentu yang akan membuat mereka terlihat sama. Jawaban dari pertanyaan di atas adalah “Cetakan yang sama”. Nah begitulah rahasia tukang roti, bagaimana mereka bisa membuat lima puluh kue yang sama.

Pemanasan yang bagus, kita akan masuk ke pertanyaan berikutnya. Pertanyaan kedua : Jika tukang roti dapat membuat lima puluh roti yang sama menggunakan cetakan, lalu kenapa semua kuda terlihat sama?

Membingungkan bukan? Apakah mungkin kuda juga di buat menggunakan cetakan? Haha lucu sekali, mungkin anda beranggapan semua kuda itu tidak sama. Ada yang lebih kecil, lebih besar, corak dan warna berbeda. Akan tetapi dalam hal tertentu kuda terlihat ‘persis sama’ apakah itu? Akan kita simak di penjelasan berikutnya.
Mari beranjak kepada pertanyaan ke tiga: apakah manusia mempunyai jiwa yang kekal?

Hmm, dan kita ketahui bahwa menusia memiliki waktu yang terbetas, setelah itu manusia mati dan tubuhnya di kubur atau di bakar, sehingga tidak ada masa depan lagi bagi mereka. Jika manusia memiliki jiwa yang kekal maka kita harus percaya bahwasanya seseorang terdiri dari dua bagian yang terpisah, yakni: tubuh yang lama kelamaan akan rusak dan jiwa yang bergerak secara mandiri di luar apa yang menimpa tubuh. Sekarang penulis jadi ingat dengan karakter di anime yang selalu merasa dirinya muda padahal secara fisiknya sudah tua.

Bicara soal manusia, manusia terbagi atas dua jenis kelamin. Laki-laki dan perempuan. Pertanyaannya adalah: apakah pria dan wanita sama-sama bijaksana? Tentu anda tidak begitu yakin dengan hal itu. Karena mungkin di dalam fikiran anda terbesit ‘laki-laki cenderung menggunakan pikiran sedangkan wanita menggunakan perasaan’ Seorang filosof terkenal bernama socrates menyatakan bahwa “seseorang dapat memahami suatu kebenaran jika menggunakan akal sehatnya” dia juga mengatakan bahwasanya seorang budak mempunyai akal sehat yang sama sebagaimana pria terhormat. Tentu jika kita bicara soal akal sehat maka pria dan wanita sama-sama memiliki akal sehat yang sama.

Nah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas kita semua jadi berfikir secara dalam dan secara tidak langsung kita sudah belajar bagaimana menjadi seorang filosof. Menarik bukan? Nyatanya filsafat tidak begitu membosankan asalkan kita mau berfikir secara mendalam, anggap saja untuk melatih pemikiran kita agar lebih kritis dalam menanggapi suatu hal supaya kita bisa dapat ilmu yang lebih mendalam.
Terima kasih sudah mau ikut berfikir dalam pemanasan tadi. Sekarang saatnya kita ke inti permasalahan yang sebenarnya. Tapi sebenarnya pemanasan di atas sangat berkaitan dengan pembahasan berikut ini. Selamat berfilsafat!

_-Akademi Plato-_

Plato (428-347 SM) berusia 29 tahun ketika Socrates gurunya meminum racun cemara. Plato merupakan murid Socrates, selama beberapa waktu Plato mengikuti pengadilanya dengan cermat. Kenyataan bahwa Athena dapat menghukum mati warga negaranya yang paling mulia menimbulkan lebih dari sekedar kesan mendalam terhadap diri Plato. Kematian gurunya menciptakan jalan bagi seluruh upaya filosofisnya.

Bagi Plato, kematian socrates merupakan suatu contoh mencolok dari konflik yang dapat timbul antara masyarakat sebagaimana adanya dan masyaakat sejati atau ideal. Kematian guru yang sangat di kaguminya ini membuat Plato mengabadikan sebuah karya tentang semua gagasan Socrates dalam buku Socrates Apologi, karena Socrates tidak pernah menuliskan satupun karya dalam bentuk fisik. Selain itu Plato juga  menuliskan kumpulan percakapan filsafat antara dirinya dan Socrates. Dan plato juga mendirikan sekolah filsafatnya sendiri di sebuha hutan kecil tak jauh dari Athena, yang dinamai sesuai dengan nama legnda yunani Academus. Karenanya sekolah itu dikenal Akademi. (Sejak saat itu, ribuan Akandemi didirikan di seluruh dunia).

_-Kebenaran abadi, Keindahan Abadi, Kebaikan Abadi-_

Dalam pengantar materi ini kita sudah membahas beberapa pertanyaan yang cukup rumit, itu merupakan beberapa pertanyaan yang merupakan gagasan Plato. Maka kini pertanyaan nya adalah: Apakah masalah yang dipikirkan Plato?

Secara ringkas kita dapat menyimpulkan bahwa Plato memikirkan tentang hubungan antara kekal dan abadi, di satu pihak, dan yang “berubah”, dipihak lain. Kaum filosofis dan Socrates mengalihkan perhatian mereka dari filsafat alam kepada masalah-masalah yang berkaitan dengan manusia dan masyarakat. Dan toh dalam satu pengertian mereka di sibukan dengan hubungan antara yang kekal dan abadi, dan yang “mengalir” secara ringkas kaum sophis beranggapan bahwa presefsi mengenai apa yang benar atau salah beragam dari satu negara-kota ke negara-kota lain. Dari generasi ke generasi berikutnya. Jadi benar dan salah adalah sesuatu yang “mengalir” namun pendapat ini tidak bisa diterima oleh Socrates. Dia meyakini akan adanya aturan-auran yang abadi dan mutlak tentang apa yang benar dan apa yang salah. Dengan menggunakan akal kita akan dapat memahami norma-norma abadi ini. Karena akal manusia sesungguhnya kekal dan abadi.

Dari sini apakah pembaca bisa memahaminya? Mari kembali kepada Plato. Dia memikirkan tentang apa yang kekal dan abadi di alam, dan apa kaitanya kekal dan abadi dalam moral dan masyarakat seperti yang dikatakan gurunya Socrates. Bagi Plato kedua masalah ini sama. Dia berusaha untuk menangkap satu “realitas” yang kekal dan abadi. Beginilah jalan berifikir seorang filosof, mereka mengabaikan masalah-masalah yang menjadi buah bibir dan justru mencoba untuk menarik perhatian orang-orang tentang apa yang selalu “benar”, selalu “salah”, dan selalu “baik”

Dengan demikian sekiranya kita bisa memahami jalan berfikirnya Plato. Dengan begini mari kita bahas satu persatu. Karena kita tengah berusaha memahami seorang tokoh yang luar biasa dalam dunia filsafat.

_-Dunia Ide-_

Para filosof sebelumnya (Empedocles dn Democritus) menyatakan bahwa di alam ini segala sesuatu “mengalir”, namun bagaimanapun juga pasti ada “sesuatu” yang tidak pernah berubah. Plato setuju dengan pendapat ini namun dengan cara yang berbeda.

Plato meyakini bahwa segala sesuatu yang nyata di alam ini “mengalir”. Maka tidak ada “zat” yang tidak hancur. Hal ini adalah segala sesuatu yang ada dalam “dunia material” karena apa yang terbuat dari materi akan terkikis oleh waktu, namun segala sesuatu dibuat dengan “cetakan” atau “Bentuk” yang tak kenal waktu, yang kekal dan abadi.

Apakah pembaca mengerti? Namun saya rasa pembaca belum mengerti. Bagaimana kalau saya bertanya lagi apakah semua kuda sama? Anda pasti berfikir mereka tidak sama. Namun ada sesuatu yang sama dimiliki oleh semua kuda, sesuatu yang membuat kita mengenali bahwa hewan tersebut adalah kuda, bukan anjing, babi, atau sapi. Seekor kuda mungkin “berubah” seiring berjalanya waktu, dan pada akhirnya dia akan mati. Namun “bentuk” kuda itu kekal dan abadi.

Karenanya menurut Plato, sesuatu yang kekal dan abadi bukanlah “bahan dasar” benda-benda fisik namun sesuatu yang kekal dan abadi adalah yang bersifat spiritual dan abstrak. Yang darinya segala sesuatu diciptakan. Dengan kata lain di jaman sebelum Socrates mereka memberikan penjelasan mengenai perubahan alam. Bahwa segala sesuatu “berubah”. Namun di tengah siklus alam ada beberapa unsur paling kecil yang kekal dan abadi dan tidak musnah.

Apakah pembaca mulai mengerti? Biar kita perjelas lagi, jika anda memiliki sekotak lego, kemudian anda membuat sebuah kuda dengan lago tersebut, kemudian anda hancurkan lagi dan masukan kedalam kotaknya. Maka anda tidak bisa membuat kuda dengan hanya menggoyangkan kotak itu. Anda harus menyusun kembali untuk membuat kuda itu lagi, karena anda memiliki gambaran di benak seperti apa bentuk kuda. Nah, kemudian bagaimana kamu bisa membuat 50 kue yang sama? Mari bayangkan ketika anda jatuh dari ruang angkasa dan belum pernah melihat kue dan tukang roti sebelumnya. Kemudian anda jatuh di depan toko roti. Terlihat 50 roti jahe yang bentuknya sama di ata rak. Bayangkan anda akan bertanya-tanya bagaimana roti tersebut dapat dibuat persis sama. Padahal mungkin diantaranya ada yang cacat, namun anda tetap berkesimpulan bahwa roti tersebut memiliki sesuatu yang sama. Dan yang paling terpenting anda pasti penasaran  ingin melihat cetakan roti tersebut. Sebab cetakan tersebut benar-benar sempurna dan lebih indah dibandingkan bentuk roti, ada yang cacat dan sebagainya. Jika pembaca dapat memahami semua ini maka pembaca sudah sampai pada pemecahan filosofis dengan cara Plato.

Kebanyakan filosof membayangkan dirinya jatuh dari luar angkasa dan heran melihat bagaimana seluruh fenomena alam dapat begitu serupa. Dan berkesimpulan bahwa pasti ada suatu “bentuk” dibalik semua ini. Dan Plato memahami bentuk ini sebagai Ide. Di balik setiap kuda, babi, dan manusia. Ada bentuk “babi ideal”,”kuda ideal”,”manusia ideal”. Sehingga Plato sampai pada kesimpulan bahwa ada realitas dibalik “dunia materi”. Dan Plato menyebut ini dunia ide. Disana tersimpan “pola-pola” yang kekal dan abadi. Dan pandangan yang luar biasa ini dikenal sebagai teori ide Plato.
.
.
.
Bersambung...
By Muhammad Arif Zulfikri
Terinspirasi dari novel “Dunia Sophie