(Sumber gambar : google.com)
...
suatu kerinduan untuk kembali ke alam jiwa ...
Mendengar kata filsafat
mungkin sudah tidak asing lagi di telinga kita. Namun membahas atau mempelajarinya
mungkin beberapa di antara kita tidak begitu suka atau bahkan asing dengan
materi tersebut. Beberapa orang malah ada yang sangat anti dengan pembahasan
filsafat. Hal ini di sebabkan oleh pembahasan mengenai filsafat sering kali
tidak menemukan hasil, dan sering kali muncul pertanyaan yang tidak masuk akal
atau bahkan aneh menurut beberapa orang. Seperti apa hakikat ada? Kenapa cuma ada
ibu jari tapi tidak ada bapak jari? Kenapa lubang hidung ada dua? Kenapa kamu
cantik? Kenapa aku selalu ingat mantan? Cukup cukup! Bahkan petanyaan yang saya ketik
ini juga membuat saya pusing haha.
Namun di postingan saya
berikut ini sebagai penulis, saya ingin memuat tulisan mengenai filsafat,
meskipun materi filsafat begitu membosankan bagi beberapa orang. Dan ini merupakan
pertama kalinya saya memuat artikel yang bertemakan filsafat, saya berusaha
sebaik mungkin agar materi ini mudah di pahami agar pembaca tidak bosan menela’ah
setiap huruf yang saya ketik. #semogaberhasil
Di artikel berikut ini
saya akan memaparkan materi tentang “Pengantar Filsafat Plato” akan saya coba
paparkan sedikit ilmu yang saya dapat saat beberapa hari mengasingkan diri di
perpustakaan kampus wkwk. Sebelum masuk ke dalam materi “Pengantar Filsafat
Plato” mari kita bahas dulu apa itu filsafat.
Secara istilah Filsafat
artinya adalah berfikir dan merasa
sedalam-dalamnya terhadap segala sesuatu sampai kepada intinya. Sementara
secara bahasa filsafat berasal dari dua kata yakni philos artinya ‘mencintai’ dan sophia
yang artinya ’kebijaksanaan’ jadi dapat di simpulkan bahwa filsafat adalah
suatu ilmu yang mempelajari tentang kebijaksanaan dengan cara berfikir dan
merasa sedalam-dalamnya terhadap segala sesuatu sampai ke inti permasalahannya.
Gimana? Tertatik untuk belajar menjadi bijaksana?
Nah itulah filsafat,
sekarang mari kita pemanasan terlebih dahulu sebelum mulai masuk ke dalam
materi filsafatnya Plato. Kuncinya dalam memahami filsafat adalah ‘berfikir
sedalam-dalamnya’ yang mengharuskan kita untuk belajar kritis untuk mencapai
kebijaksanaan. Untuk itu saya akan memberikan pertanyaan pemanasan sebagai
berikut, silahkan coba jawab pertanyaan berikut : coba jawab pertanyaan berikut
ini dalam hati anda, sampai menemukan jawaban baru anda lanjut ke baris
berikutnya.
Pertanyaan pertama :
Bagaimana seorang tukang roti dapat membuat lima puluh kue yang sama?
Setiap yang membaca
pasti memiliki jawaban beragam. Ada yang beranggapan bahwa kue yang di buat
pasti tidak akan sama persis, ada yang terlalu gembung, gosong, rusak, dan
bermacam-macam. Namun pastinya ada hal tertentu yang akan membuat mereka
terlihat sama. Jawaban dari pertanyaan di atas adalah “Cetakan yang sama”. Nah begitulah
rahasia tukang roti, bagaimana mereka bisa membuat lima puluh kue yang sama.
Pemanasan yang bagus,
kita akan masuk ke pertanyaan berikutnya. Pertanyaan kedua : Jika tukang roti
dapat membuat lima puluh roti yang sama menggunakan cetakan, lalu kenapa semua
kuda terlihat sama?
Membingungkan bukan? Apakah
mungkin kuda juga di buat menggunakan cetakan? Haha lucu sekali, mungkin anda
beranggapan semua kuda itu tidak sama. Ada yang lebih kecil, lebih besar, corak
dan warna berbeda. Akan tetapi dalam hal tertentu kuda terlihat ‘persis sama’
apakah itu? Akan kita simak di penjelasan berikutnya.
Mari beranjak kepada
pertanyaan ke tiga: apakah manusia mempunyai jiwa yang kekal?
Hmm, dan kita ketahui
bahwa menusia memiliki waktu yang terbetas, setelah itu manusia mati dan
tubuhnya di kubur atau di bakar, sehingga tidak ada masa depan lagi bagi
mereka. Jika manusia memiliki jiwa yang kekal maka kita harus percaya
bahwasanya seseorang terdiri dari dua bagian yang terpisah, yakni: tubuh yang
lama kelamaan akan rusak dan jiwa yang bergerak secara mandiri di luar apa yang
menimpa tubuh. Sekarang penulis jadi ingat dengan karakter di anime yang selalu
merasa dirinya muda padahal secara fisiknya sudah tua.
Bicara soal manusia,
manusia terbagi atas dua jenis kelamin. Laki-laki dan perempuan. Pertanyaannya
adalah: apakah pria dan wanita sama-sama bijaksana? Tentu anda tidak begitu
yakin dengan hal itu. Karena mungkin di dalam fikiran anda terbesit ‘laki-laki
cenderung menggunakan pikiran sedangkan wanita menggunakan perasaan’ Seorang
filosof terkenal bernama socrates menyatakan bahwa “seseorang dapat memahami
suatu kebenaran jika menggunakan akal sehatnya” dia juga mengatakan bahwasanya
seorang budak mempunyai akal sehat yang sama sebagaimana pria terhormat. Tentu jika
kita bicara soal akal sehat maka pria dan wanita sama-sama memiliki akal sehat
yang sama.
Nah dengan menjawab
pertanyaan-pertanyaan di atas kita semua jadi berfikir secara dalam dan secara
tidak langsung kita sudah belajar bagaimana menjadi seorang filosof. Menarik bukan?
Nyatanya filsafat tidak begitu membosankan asalkan kita mau berfikir secara
mendalam, anggap saja untuk melatih pemikiran kita agar lebih kritis dalam
menanggapi suatu hal supaya kita bisa dapat ilmu yang lebih mendalam.
Terima kasih sudah mau
ikut berfikir dalam pemanasan tadi. Sekarang saatnya kita ke inti permasalahan
yang sebenarnya. Tapi sebenarnya pemanasan di atas sangat berkaitan dengan
pembahasan berikut ini. Selamat berfilsafat!
_-Akademi
Plato-_
Plato (428-347 SM)
berusia 29 tahun ketika Socrates gurunya meminum racun cemara. Plato merupakan
murid Socrates, selama beberapa waktu Plato mengikuti pengadilanya dengan
cermat. Kenyataan bahwa Athena dapat menghukum mati warga negaranya yang paling
mulia menimbulkan lebih dari sekedar kesan mendalam terhadap diri Plato. Kematian
gurunya menciptakan jalan bagi seluruh upaya filosofisnya.
Bagi Plato, kematian
socrates merupakan suatu contoh mencolok dari konflik yang dapat timbul antara
masyarakat sebagaimana adanya dan masyaakat sejati atau ideal. Kematian guru yang sangat di kaguminya ini membuat Plato
mengabadikan sebuah karya tentang semua gagasan Socrates dalam buku Socrates Apologi, karena Socrates tidak
pernah menuliskan satupun karya dalam bentuk fisik. Selain itu Plato juga menuliskan kumpulan percakapan filsafat
antara dirinya dan Socrates. Dan plato juga mendirikan sekolah filsafatnya
sendiri di sebuha hutan kecil tak jauh dari Athena, yang dinamai sesuai dengan
nama legnda yunani Academus. Karenanya sekolah itu dikenal Akademi. (Sejak saat
itu, ribuan Akandemi didirikan di seluruh dunia).
_-Kebenaran
abadi, Keindahan Abadi, Kebaikan Abadi-_
Dalam pengantar materi
ini kita sudah membahas beberapa pertanyaan yang cukup rumit, itu merupakan
beberapa pertanyaan yang merupakan gagasan Plato. Maka kini pertanyaan nya
adalah: Apakah masalah yang dipikirkan Plato?
Secara ringkas kita
dapat menyimpulkan bahwa Plato memikirkan tentang hubungan antara kekal dan
abadi, di satu pihak, dan yang “berubah”, dipihak lain. Kaum filosofis dan
Socrates mengalihkan perhatian mereka dari filsafat alam kepada masalah-masalah
yang berkaitan dengan manusia dan masyarakat. Dan toh dalam satu pengertian
mereka di sibukan dengan hubungan antara yang kekal dan abadi, dan yang “mengalir”
secara ringkas kaum sophis beranggapan bahwa presefsi mengenai apa yang benar
atau salah beragam dari satu negara-kota ke negara-kota lain. Dari generasi ke
generasi berikutnya. Jadi benar dan salah adalah sesuatu yang “mengalir” namun
pendapat ini tidak bisa diterima oleh Socrates. Dia meyakini akan adanya
aturan-auran yang abadi dan mutlak tentang apa yang benar dan apa yang salah. Dengan
menggunakan akal kita akan dapat memahami norma-norma abadi ini. Karena akal
manusia sesungguhnya kekal dan abadi.
Dari sini apakah
pembaca bisa memahaminya? Mari kembali kepada Plato. Dia memikirkan tentang apa
yang kekal dan abadi di alam, dan apa kaitanya kekal dan abadi dalam moral dan
masyarakat seperti yang dikatakan gurunya Socrates. Bagi Plato kedua masalah
ini sama. Dia berusaha untuk menangkap satu “realitas” yang kekal dan abadi. Beginilah
jalan berifikir seorang filosof, mereka mengabaikan masalah-masalah yang
menjadi buah bibir dan justru mencoba untuk menarik perhatian orang-orang
tentang apa yang selalu “benar”, selalu “salah”, dan selalu “baik”
Dengan demikian
sekiranya kita bisa memahami jalan berfikirnya Plato. Dengan begini mari kita
bahas satu persatu. Karena kita tengah berusaha memahami seorang tokoh yang
luar biasa dalam dunia filsafat.
_-Dunia
Ide-_
Para filosof sebelumnya
(Empedocles dn Democritus) menyatakan bahwa di alam ini segala sesuatu “mengalir”,
namun bagaimanapun juga pasti ada “sesuatu” yang tidak pernah berubah. Plato
setuju dengan pendapat ini namun dengan cara yang berbeda.
Plato meyakini bahwa
segala sesuatu yang nyata di alam ini “mengalir”. Maka tidak ada “zat” yang
tidak hancur. Hal ini adalah segala sesuatu yang ada dalam “dunia material”
karena apa yang terbuat dari materi akan terkikis oleh waktu, namun segala
sesuatu dibuat dengan “cetakan” atau “Bentuk” yang tak kenal waktu, yang kekal
dan abadi.
Apakah pembaca
mengerti? Namun saya rasa pembaca belum mengerti. Bagaimana kalau saya bertanya
lagi apakah semua kuda sama? Anda pasti berfikir mereka tidak sama. Namun ada
sesuatu yang sama dimiliki oleh semua kuda, sesuatu yang membuat kita mengenali
bahwa hewan tersebut adalah kuda, bukan anjing, babi, atau sapi. Seekor kuda
mungkin “berubah” seiring berjalanya waktu, dan pada akhirnya dia akan mati. Namun
“bentuk” kuda itu kekal dan abadi.
Karenanya menurut
Plato, sesuatu yang kekal dan abadi bukanlah “bahan dasar” benda-benda fisik
namun sesuatu yang kekal dan abadi adalah yang bersifat spiritual dan abstrak. Yang
darinya segala sesuatu diciptakan. Dengan kata lain di jaman sebelum Socrates
mereka memberikan penjelasan mengenai perubahan alam. Bahwa segala sesuatu “berubah”.
Namun di tengah siklus alam ada beberapa unsur paling kecil yang kekal dan
abadi dan tidak musnah.
Apakah pembaca mulai
mengerti? Biar kita perjelas lagi, jika anda memiliki sekotak lego, kemudian
anda membuat sebuah kuda dengan lago tersebut, kemudian anda hancurkan lagi dan
masukan kedalam kotaknya. Maka anda tidak bisa membuat kuda dengan hanya
menggoyangkan kotak itu. Anda harus menyusun kembali untuk membuat kuda itu
lagi, karena anda memiliki gambaran di benak seperti apa bentuk kuda. Nah,
kemudian bagaimana kamu bisa membuat 50 kue yang sama? Mari bayangkan ketika
anda jatuh dari ruang angkasa dan belum pernah melihat kue dan tukang roti sebelumnya.
Kemudian anda jatuh di depan toko roti. Terlihat 50 roti jahe yang bentuknya
sama di ata rak. Bayangkan anda akan bertanya-tanya bagaimana roti tersebut
dapat dibuat persis sama. Padahal mungkin diantaranya ada yang cacat, namun
anda tetap berkesimpulan bahwa roti tersebut memiliki sesuatu yang sama. Dan yang
paling terpenting anda pasti penasaran
ingin melihat cetakan roti tersebut. Sebab cetakan tersebut benar-benar
sempurna dan lebih indah dibandingkan bentuk roti, ada yang cacat dan
sebagainya. Jika pembaca dapat memahami semua ini maka pembaca sudah sampai
pada pemecahan filosofis dengan cara Plato.
Kebanyakan filosof
membayangkan dirinya jatuh dari luar angkasa dan heran melihat bagaimana
seluruh fenomena alam dapat begitu serupa. Dan berkesimpulan bahwa pasti ada
suatu “bentuk” dibalik semua ini. Dan Plato memahami bentuk ini sebagai Ide. Di balik setiap kuda, babi, dan
manusia. Ada bentuk “babi ideal”,”kuda ideal”,”manusia ideal”. Sehingga Plato
sampai pada kesimpulan bahwa ada realitas dibalik “dunia materi”. Dan Plato
menyebut ini dunia ide. Disana tersimpan
“pola-pola” yang kekal dan abadi. Dan pandangan yang luar biasa ini dikenal
sebagai teori ide Plato.
.
.
.
Bersambung...
By Muhammad Arif
Zulfikri
Terinspirasi dari novel
“Dunia Sophie”